Ide untuk menjalankan Home Schooling/Home Education (HS/HE) sudah saya inginkan sejak tahun 2002, 2 tahun sebelum saya menikah. Awalnya saya mendengar terminologi ini dalam sebuah acara talkshow di televisi. Sekilas saya memahami semangat dari HS, dan menyetujuinya. Rasa ingin tahu saya, saya penuhi dengan cara browsing di internet.
Sampailah saya ke beberapa blog milik praktisi HS, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam blog tersebut terdapat banyak informasi mengenai homeschooling, langkah awal, landasan formalnya, kegiatan keluarga, dan sebagainya. Saya semakin antusias, pencarian saya pun berlanjut ke buku-buku dan artikel mengenai homeschooling serta bergabung dengan grup di Yahoo.
Banyak alasan sebuah keluarga memilih untuk HS. Keluarga kami memilih HS karena beberapa hal. Pertama, HS memungkinkan anak-anak kami belajar gembira, bukan belajar yang penuh beban dan sekedar mengejar target nilai. Mengapa lebih gembira? alasannya, karena anak-anak belajar didasari rasa ingin tahu, dipenuhi dengan cara yang ia sukai, bahkan dipraktekkan bila memungkinkan. Misalnya, suatu hari anak saya melihat jamur, lalu ia bertanya tumbuhan apakah itu? kenapa tidak berwarna hijau, dan bentuknya aneh? Lalu saya mengajaknya membuka buku tentang jamur, saat itu usianya 4 tahun, dan sampai sekarang ia masih ingat.
Alasan kedua, karena anak-anak bisa memilih tema yang dipelajarinya, bisa terus membahas tema yang sama beberapa hari, tanpa khawatir tidak bisa memenuhi target kurikulum. Dengan demikian, anak-anak bisa memahami sebuah tema kecil dengan lebih lengkap, pemahaman seperti ini biasanya akan bertahan lama di otaknya, dan bisa membantunya menganalisa gejala yang berkaitan dengan tema tersebut. Anak saya, saat sedang gemar mempelajari sejarah penemuan benua-benua, hampir setiap hari membahasnya. Sampai suatu kali saat kami mengendarai angkutan umum, dia melihat ada toko "Colombus", dia lalu berteriak, "Buu, ada Colombus", lalu saya menjelaskan bahwa itu hanya nama sebuah toko, dia mengira itu rumah dari Christhoper Colombus, si 'penemu' benua Amerika.
Ketiga, dan yang akhirnya sekarang menjadi alasan utama, kami memilih HS agar anak-anak bisa kami bekali ilmu agama yang benar, yang sesuai dengan Qur an dan Sunnah dengan pemahaman yang benar. Apakah kami adalah ustad dan ustadzah? bukan. Tetapi satu hal penting yang harus dipahami oleh keluarga yang memilih HS adalah orang tua harus mau terus belajar, dan mencarikan sumber ilmu yang benar untuk anak-anaknya. Dalam HS, orang tua lebih sering menjadi fasilitator. Artinya, orang tua yang memilih HS bukanlah orang yang serba tahu dan serba bisa, tetapi orang yang ingin terus mau belajar dan mendampingi anak-anaknya untuk memperoleh ilmu.
Alasan keempat, karena diselenggarakan di rumah, anak-anak tidak merasa menuntut ilmu dan melaksanakan kehidupan sehari-hari adalah dua hal yang berbeda. Sebaliknya, anak-anak merasa, ilmu yang dipelajarinya adalah bekal mereka untuk hidup. Misalnya saat Si Sulung belajar mengenai hidup rukun (pelajaran PKn), dia senyum-senyum saja saat membaca bahwa bila bermain bersama adik, harus akur. Dia merasa belum melakukan hal itu, tetapi setelah mempelajarinya, dia jadi lebih banyak mengalah.
Ini adalah beberapa alasan mendasar keluarga kami memilih HS. Ada banyak alasan lain yang kami rasakan setelah menjalankan HS.Keluarga HS lain bisa jadi memiliki alasan yang berbeda pula, bisa saja, karena setiap keluarga memiliki visi masing-masing. Semoga bermanfaat.
Sampailah saya ke beberapa blog milik praktisi HS, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam blog tersebut terdapat banyak informasi mengenai homeschooling, langkah awal, landasan formalnya, kegiatan keluarga, dan sebagainya. Saya semakin antusias, pencarian saya pun berlanjut ke buku-buku dan artikel mengenai homeschooling serta bergabung dengan grup di Yahoo.
Banyak alasan sebuah keluarga memilih untuk HS. Keluarga kami memilih HS karena beberapa hal. Pertama, HS memungkinkan anak-anak kami belajar gembira, bukan belajar yang penuh beban dan sekedar mengejar target nilai. Mengapa lebih gembira? alasannya, karena anak-anak belajar didasari rasa ingin tahu, dipenuhi dengan cara yang ia sukai, bahkan dipraktekkan bila memungkinkan. Misalnya, suatu hari anak saya melihat jamur, lalu ia bertanya tumbuhan apakah itu? kenapa tidak berwarna hijau, dan bentuknya aneh? Lalu saya mengajaknya membuka buku tentang jamur, saat itu usianya 4 tahun, dan sampai sekarang ia masih ingat.
Alasan kedua, karena anak-anak bisa memilih tema yang dipelajarinya, bisa terus membahas tema yang sama beberapa hari, tanpa khawatir tidak bisa memenuhi target kurikulum. Dengan demikian, anak-anak bisa memahami sebuah tema kecil dengan lebih lengkap, pemahaman seperti ini biasanya akan bertahan lama di otaknya, dan bisa membantunya menganalisa gejala yang berkaitan dengan tema tersebut. Anak saya, saat sedang gemar mempelajari sejarah penemuan benua-benua, hampir setiap hari membahasnya. Sampai suatu kali saat kami mengendarai angkutan umum, dia melihat ada toko "Colombus", dia lalu berteriak, "Buu, ada Colombus", lalu saya menjelaskan bahwa itu hanya nama sebuah toko, dia mengira itu rumah dari Christhoper Colombus, si 'penemu' benua Amerika.
Ketiga, dan yang akhirnya sekarang menjadi alasan utama, kami memilih HS agar anak-anak bisa kami bekali ilmu agama yang benar, yang sesuai dengan Qur an dan Sunnah dengan pemahaman yang benar. Apakah kami adalah ustad dan ustadzah? bukan. Tetapi satu hal penting yang harus dipahami oleh keluarga yang memilih HS adalah orang tua harus mau terus belajar, dan mencarikan sumber ilmu yang benar untuk anak-anaknya. Dalam HS, orang tua lebih sering menjadi fasilitator. Artinya, orang tua yang memilih HS bukanlah orang yang serba tahu dan serba bisa, tetapi orang yang ingin terus mau belajar dan mendampingi anak-anaknya untuk memperoleh ilmu.
Alasan keempat, karena diselenggarakan di rumah, anak-anak tidak merasa menuntut ilmu dan melaksanakan kehidupan sehari-hari adalah dua hal yang berbeda. Sebaliknya, anak-anak merasa, ilmu yang dipelajarinya adalah bekal mereka untuk hidup. Misalnya saat Si Sulung belajar mengenai hidup rukun (pelajaran PKn), dia senyum-senyum saja saat membaca bahwa bila bermain bersama adik, harus akur. Dia merasa belum melakukan hal itu, tetapi setelah mempelajarinya, dia jadi lebih banyak mengalah.
Ini adalah beberapa alasan mendasar keluarga kami memilih HS. Ada banyak alasan lain yang kami rasakan setelah menjalankan HS.Keluarga HS lain bisa jadi memiliki alasan yang berbeda pula, bisa saja, karena setiap keluarga memiliki visi masing-masing. Semoga bermanfaat.
Asyik...Terima kasih ceritanya, Mbak...blog-nya segar :-)
BalasHapusAssalamualaikum mba maya,, senangnya bisa silaturahim,, aku tau alamat dari milis sekolahrumah,,
BalasHapusAisyahnya mba maya seusia Azzamku (Azzam 3y9m hitungan bulan hijriyah),,, Kita samaan ya,, Aku cinta HS sudah semenjak sebelum menikah dan alhamdulillah, Alloh pertemuakan dengan suami yang juga mudah "tertular" semangat HS,,
Proses belajar keluarga kami juga kami rekam di blog http://ayahbundaazzam.wordpress.com
kami juga baru memulai menulis sejak februari lalu,,
Semoga bisa saling belajar ya mba,,
Peluk sayang buat Jita, Aisyah dan Bassam,, Salam kenal dari Azzam,,
Wassalamualaikum,,
salam kenal... saya jg baru ber HS untuk Fadhl 4 th. smg kita bs saling mendukung ya um .
BalasHapusassalamu ,alaikum ... kami baru mulai untuk ber HS dengan putra kami 6 tahun , kami masih bingung harus mulai dari mana mohon bimbingannya, sebelumnya putra kami sekolah di sekolah umum namun dipertengahan , tidak mau lagi berangkat ke sekolah , kami sudah mencobanya di sekolah yang lain hasilnya sama , hingga akhirnya kami memutuskan ber HS .
BalasHapuswa alaikumussalaam. Kami dulu juga sempat bingung pada awalnya. Alhamdulillaah banyak teman yang memberi masukan,juga pertolongan dari Allooh. Mungkin Bapak dan Isteri bisa mengikuti grup2 homeschooling di dunia maya. Saya dulu banyak mendapat saran untuk membaca baik2 makna sesungguhnya dari HS. Karena, bila salah persepsi tentang HS, akan menjadi siksaan baru untuk anak2. Semoga dimudahkan.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus