|
|
Seringkali saya merasa belum melakukan hal yang optimal dalam
melaksanakan homeschooling
(HS). Apalagi saat melirik ke anak-anak lain,baik yang bersekolah
maupun yang juga melaksanakan HS. Ada yang jago aplikasi komputer,
lihai berbahasa inggris, kuat hafalan, cepat berhitung, dan sebagainya,
dan sebagainya. Lalu, anak saya, apa kelebihannya? Apakah ada potensi
yang sebenarnya bisa dikembangkan tetapi jadi kerdil karena usaha saya
yang belum optimal?
Salah satu kunci menjalankan HS adalah
kemauan orang tua untuk terus belajar, menambah wawasan, mencoba hal
baru yang sama sekali belum pernah dijalani, dan kerelaan untuk belajar
bersama, maupun belajar dari sang anak. Karakteristik sebuah HS tunggal
biasanya tidak terlalu jauh dari karakteristik orang tua, terutama ibu.
Ibu yang suka melakukan kerajinan tangan, biasanya karakteristik HS nya
demikian. Ini yang terjadi dengan HS saya. Rumah yang penuh kertas,
kardus, barang-barang hasil kreasi sendiri, dan sebagainya. Ada
keluarga HS lain yang menjadikan komputer sebagai alat penunjang utama
belajar. Anak-anak mereka pandai dalam aplikasi komputer, bahkan
membuat sendiri webblognya. Tak heran, ternyata kedua orang tua mereka
menghabiskan banyak waktu di depan komputer untuk keperluan bekerja.
Banyak
karakteristik lain yang mungkin muncul karena minat anak, kebiasaan
orang tua, maupun kombinasi dari berbagai hal. Seorang Ibu yang
Hafizhoh (hafal Al Quran), maka anak-anaknya kuat menghafal Al Quran, orang tua yang
senang ilmu sains, anaknya biasanya punya kecenderungan demikian.
Berarti orangtua secara tak langsung menjadi "kurikulum" dalam
melaksanakan HS. Pada kenyataannya, saya seringkali merasa "kurikulum"
HS saya lebih banyak berada dalam pikiran saya, dengan melihat bagaimana
kecenderungan anak-anak.
Tetapi, tak bijak juga bila kita
membatasi diri mengajarkan sesuatu hal yang menjadi minat/kemampuan
kita saja. Orang tua adalah pendidik, bukan guru privat. Bila ada keinginan
anak yang kita tak mampu memenuhinya, pertemukanlah sang anak kepada
ahlinya. Teman saya melakukannya. Ia mengantarkan anaknya kepada
seorang ustadz agar dapat belajar Al Quran dengan Makhoorijul huruuf
yang tepat, ada pula yang mengantarkan ke tempat les berhitung, ada
yang belajar kepada anak lain, dan sebagainya.
Menjalankan
HS bukan berarti orang tua menjadi guru serbabisa, kita adalah
fasilitator, tetapi pada usia tertentu nanti, mungkin kita yang akan
menjadi murid anak-anak kita. Allohu a'lam |
|
|
"Menjalankan HS bukan berarti orang tua menjadi guru serbabisa, kita adalah fasilitator, tetapi pada usia tertentu nanti, mungkin kita yang akan menjadi murid anak-anak kita."
BalasHapus>>> اللهم آمين