Setelah menyiapkan Lingkungan, mengumpulkan kepercayaan diri serta keyakinan, tibalah orang tua yang akan menjalankan Home Educating/Home Schooling bertanya :'Bagaimana metode belajarnya?' Ada beberapa alternatif yang terkenal bisa dicoba satu per satu atau dipaduserasikan satu sama lain.
Homeschooling adalah komitmen panjang keluarga, untuk mau terus memperbaiki diri, dan menambah ilmu
Rabu, 30 November 2011
Minggu, 20 November 2011
Sebelum Memulai Home Education/Home Schooling
Marry Griffith, dalam bukunya:"The Unschooling Handbook" mengatakan setidaknya ada tiga karakteristik keluarga yang menerapkan 'unschooling'. Walaupun ditulis untuk metode 'unschooling' tetapi secara umum gambaran tentang keluarga Home Schooling tak berbeda jauh darinya.
I. Lingkungan yang mendukung
Sebuah keluarga yang ingin menerapkan 'unschooling' biasanya mendesain lingkungan rumahnya sedemikian rupa untuk memfasilitasi keingintahuan anak-anak. Beberapa lemari dan rak disiapkan sebagai tempat menyimpan kertas berkas, kardus bekas, karton, lem, gunting, spidol, pensil dan pulpen. Ada pula yang menyiapkan lemari penyimpanan karya anak-anak, agar mereka merasa dihargai dan menambah kepercayaan dirinya. Tentu semua lemari dan rak ini terletak di tempat yang dapat dijangkau anak-anak. Orang tua juga menyiapkan sumber-sumber bacaan penunjang. Ada perpustakaan kecil yang menarik di rumah. Isinya puzzle, mainan, VCD, Internet, ensiklopedi anak-anak yang penuh warna dan gambar, buku-buku pengetahuan populer yang membuat anak-anak bangga untuk menceritakannya kembali di depan kakek-nenek mereka, buku-buku kecil berbahan tebal yang cocok untuk adik bayi, dan sebagainya. Bahkan beberapa keluarga sengaja pindah rumah dan mencari rumah dengan halaman luas, lingkungan bersahabat, serta memungkinkan eksplorasi lebih luas.
I. Lingkungan yang mendukung
Sebuah keluarga yang ingin menerapkan 'unschooling' biasanya mendesain lingkungan rumahnya sedemikian rupa untuk memfasilitasi keingintahuan anak-anak. Beberapa lemari dan rak disiapkan sebagai tempat menyimpan kertas berkas, kardus bekas, karton, lem, gunting, spidol, pensil dan pulpen. Ada pula yang menyiapkan lemari penyimpanan karya anak-anak, agar mereka merasa dihargai dan menambah kepercayaan dirinya. Tentu semua lemari dan rak ini terletak di tempat yang dapat dijangkau anak-anak. Orang tua juga menyiapkan sumber-sumber bacaan penunjang. Ada perpustakaan kecil yang menarik di rumah. Isinya puzzle, mainan, VCD, Internet, ensiklopedi anak-anak yang penuh warna dan gambar, buku-buku pengetahuan populer yang membuat anak-anak bangga untuk menceritakannya kembali di depan kakek-nenek mereka, buku-buku kecil berbahan tebal yang cocok untuk adik bayi, dan sebagainya. Bahkan beberapa keluarga sengaja pindah rumah dan mencari rumah dengan halaman luas, lingkungan bersahabat, serta memungkinkan eksplorasi lebih luas.
Senin, 07 November 2011
Anakku Belajar Bersyukur
Sejak Jita berumur 9 bulan, kami sudah sekitar 6 kali pindah
rumah (kontrakan). Saat Jita berusia 5 tahun, dan akan pindah ke rumah ke tiga,
dia mulai bertanya-tanya kenapa rumahnya sering pindah. Kami menjelaskan bahwa
rumah yang kita tempati saluran airnya tidak baik, sehingga kita kebanjiran
dari kamar mandi saat hujan deras. Saat pindah ke empat kalinya, Jita bertanya
lagi, dan kali ini dia bisa langsung menjawabnya: “abis, gentengnya pada bocor
sih”. Saat akan pindah ke enam kali, Jita mengingatkan beberapa kriteria yang
harus ada pada calon rumah kami nanti.
Kamis, 03 November 2011
Saatnya Kembali ke Dapur, Sumur, Kasur
Kalau dulu seorang perempuan mendengar idiom dapur, sumur, kasur konotasinya secara singkat tak jauh dari pengekangan, keterbatasan,dan semacamnya. Tidak bagi saya. Sejak menjalankan home educating/homeschooling, saya merasa tempat terindah saya adalah rumah, yang juga meliputi dapur, sumur, kasur.