Sejak Jita berumur 9 bulan, kami sudah sekitar 6 kali pindah
rumah (kontrakan). Saat Jita berusia 5 tahun, dan akan pindah ke rumah ke tiga,
dia mulai bertanya-tanya kenapa rumahnya sering pindah. Kami menjelaskan bahwa
rumah yang kita tempati saluran airnya tidak baik, sehingga kita kebanjiran
dari kamar mandi saat hujan deras. Saat pindah ke empat kalinya, Jita bertanya
lagi, dan kali ini dia bisa langsung menjawabnya: “abis, gentengnya pada bocor
sih”. Saat akan pindah ke enam kali, Jita mengingatkan beberapa kriteria yang
harus ada pada calon rumah kami nanti.
Jita tak mau pilihan saya salah. Dia meminta saya
menyertakannya memilih rumah kontrakan. Dia perhatikan sudut-sudut rumah itu,
dan Alhamdulillah cocok sekali, jadilah kami pindah untuk ke enam kalinya.
Sampai saat ini, Jita merasa inilah rumah kontrakan idaman;tak bocor dan tak
banjir. Jita belajar tentang rumah yang baik, yang nyaman. “Enakan juga
ngontrak ya Bu, bisa milih sendiri rumahnya, kalu banjir atau bocor, kita
pindah aja”, begitu katanya.
Ayah jita paling senang mengajak anak-anak bersepeda. Bukan
dengan mengayuh sepeda masing-masing, tetapi satu sepeda dikayuh sendiri dan dimuati
oleh tiga anak dan satu ayah. Suatu hari ban sepeda pecah karena keberatan
beban. Sepeda pun kami bawa ke bengkel sepeda, Jita dan Aisyah ikut serta.”berapa
bu?” Tanya Jita khawatir saya harus membayar mahal untuk membeli ban sepeda yang baru.”empat puluh ribu Jit”,
jawabku. “Kalo gitu enakan punya sepeda ya Bu, Pakde Udi waktu itu beli ban
mobil sampe berapa ratus ribu gitu”. Sebelumnya memang kakak saya bercerita di depan kami bahwa ban
mobilnya sudah gundul dan harus ganti baru.
Jita sedang gemar bermain boneka ‘barbie’. Suatu hari dia
baru tahu kalau memang benar-benar ada boneka yang bermerek ‘Barbie’. Dia
menginginkan boneka Barbie yang asli, katanya dia ingin membelinya dengan uang
sendiri. Kami lalu pergi ke sebuah mal yang menjual Barbie. Jita langsung tak
sabar dan segera menuju deretan boneka Barbie. Ia langsung melihat harganya:”Bu,
ini harganya 300ribu ya?”.Saya penasaran dengan keputusan yang akan diambil
Jita. Ternyata Jita meletakkan kembali boneka itu. “300 ribu mah mending buat
beli baju, dapet banyak, beli yang murah aja deh Bu”. Tak disangka semangat
yang tadinya berkobar-kobar segera padam karena angka 300 ribu.
Home Educating/Home Schooling tak hanya soal cepat
berhitung, lihai berbahasa asing, atau keberanian tampil di muka umum. Lebih
dari itu semua, HE/HS adalah wahana untuk mengasah kepekaan, membentuk
kepribadian positif, dan pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini didapatkan dari
perpaduan antara membaca, memperhatikan,pengulangan melalui nasehat yang
terus-menerus, dan yang paling penting keteladanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar