Setelah menyiapkan Lingkungan, mengumpulkan kepercayaan diri serta keyakinan, tibalah orang tua yang akan menjalankan Home Educating/Home Schooling bertanya :'Bagaimana metode belajarnya?' Ada beberapa alternatif yang terkenal bisa dicoba satu per satu atau dipaduserasikan satu sama lain.
1. Metode Montessori
Metode ini digagas oleh Maria Montessori. Dalam pandangan metode ini, seorang anak hanya perlu diberikan kondisi untuk belajar, dan bukan dituntun tentang materi yang harus dipelajarinya. Pandangan dalam metode ini percaya bahwa bila seorang anak diberikan ruang serta dukungan lingkungan yang tepat, dengan sendirinya anak akan mempelajari banyak hal. Konsekuensi dari metode ini biasanya pendidik menciptakan miniatur kehidupan. Seperti lahan luar ruang yang luas dengan beberapa alat permainan, beberapa hewan peliharaan, bak pasir, dan sebagainya. Beberapa sekolah saat ini menyamatkan kata montessori, maka seharusnya sekolah-sekolah seperti ini memiliki waktu luar kelas yang lebih banyak daripada di kelas. Untuk yang kreatif, menerapkan metode ini tak harus memindahkan TK/Peternakan ke halaman rumah. Barang-barang bekas bisa dimanfaatkan dengan baik.
2.Metode Terstruktur
Metode ini bisa juga disebut School at Home. Metode ini menerapkan penjadwalan belajar, susunan materi yang diterapkan secara disiplin, serta banyak melibatkan kertas kerja, buku, dan sebagainya. Metode ini cocok untuk anak yang sudah dewasa atau anak yang sedang ingin melakukan proyek tertentu dan harus melakukan berbagai persiapan. Bila orang tua menerapkannya untuk anak-anak di bawah usia 8 tahun biasanya lebih banyak kecewa di kedua pihak. Anak merasa bosan karena harus duduk dan mengerjakan begitu banyak soal, sedangkan orang tua kecewa karena banyak target dan jadwal yang sudah disusun tidak tercapai.Keunggulan metode ini adalah baik untuk memnuhi standar kurikulum nasional, bagi orang tua yang menginginkannya, serta bagi pesekolah rumah yang baru akan menjalankan HE. Orang tua yang lebih lama menerapkan HE biasanya meninggalkan metode ini.
3. Metode Unschooling
Metode ini basisnya adalah kemerdekaan dalam belajar. Dalam metode ini, orang tua layaknya hanya sebagai pendamping belajar bagi anak-anak. 'Belajar' nya anak-anak adalah keseharian mereka.Mulai dari bangun tidur sampai naik ke tempat tidur lagi. Tak ada target, ujian, jadwal ketat, dan lainnya. Bisa dibilang metode ini berkebalikan dari metode terstruktur. Anak-anak bisa belajar banyak materi dalam satu kali kegiatan. Misalnya si anak setelah sarapan ingin keluar rumah bermain sepeda. Orang tua menemaninya sambil mengarahkan anak-anak untuk mengambil manfaat ilmu dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dibaui, dan pada saat yang bersamaan mereka mempelajari ilmu sosial, IPA, etika, matematika, dan sebagainya.
4.Unit Studi
Dalam metode ini semua mata pelajaran menjadi satu tema. Misalnya Anda sekeluarga ingin berkebun, maka anak-anak dari yang usianya 2 tahun, 4 tahun, dan 7 tahun ikut serta. Si kakak mengenal nama-nama tumbuhan, ada yang berasal dari benih, biji, tunas, ada yang berkayu keras, ada yang tidak. Si 4 tahun belajar bahasa inggris dan berhitung jumlah benih yang harus ditanam dalam satu lubang, dan si 2 tahun mengasah ujung-ujung syarafnya dengan bermain tanah, jadilah semua anak mendapat kesempatan. Metode ini cocok untuk pesekolah rumah dengan banyak anak. Tetapi jika si sulung sudah lebih besar ada kalanya ia ingin sendiri, maka Anda bisa meberikannya ruang untuknya sementara Anda menangani 2 anak lainnya.
5. Metode Charlotte Mason
Dalam metode ini , anak biasanya membaca sebuah living book lalu menceritakannya kembali dengan bahsa mereka sendiri. Selain membaca living books, metode ini juga menekankan pada pengamatan alamiah, mengamati hal-hal yang ada di sekitar anak. Living books adalah buku-buku cerita yang memiliki muatan moril sehingga menggugah nurani si anak dan menjadi nilai dalam dirinya. Beberapa contoh living books biasanya kebanyakan dari luar negeri dan berisi cerita fiksi/rekaan. Tetapi untuk rumah tangga bermanhaj salaf pastinya memiliki biografi Rasululloh, Sahabat, Ulama-ulama yang soleh, para Nabi dan Rasul, dan tentunya kisah-kisah Al Quran.
Inilah beberapa contoh materi yang bisa diadaptasi, dikembangkan, dan desesuaikan dengan keadaan masing-masing keluarga pesekolah rumah. Tak ada satu metode yang harus diterapkan secara kaku, bahkan lebih banyak keluarga pesekolah rumah yang menggabungkan beberapa metode yang disebut metode ekletik.
1. Metode Montessori
Metode ini digagas oleh Maria Montessori. Dalam pandangan metode ini, seorang anak hanya perlu diberikan kondisi untuk belajar, dan bukan dituntun tentang materi yang harus dipelajarinya. Pandangan dalam metode ini percaya bahwa bila seorang anak diberikan ruang serta dukungan lingkungan yang tepat, dengan sendirinya anak akan mempelajari banyak hal. Konsekuensi dari metode ini biasanya pendidik menciptakan miniatur kehidupan. Seperti lahan luar ruang yang luas dengan beberapa alat permainan, beberapa hewan peliharaan, bak pasir, dan sebagainya. Beberapa sekolah saat ini menyamatkan kata montessori, maka seharusnya sekolah-sekolah seperti ini memiliki waktu luar kelas yang lebih banyak daripada di kelas. Untuk yang kreatif, menerapkan metode ini tak harus memindahkan TK/Peternakan ke halaman rumah. Barang-barang bekas bisa dimanfaatkan dengan baik.
2.Metode Terstruktur
Metode ini bisa juga disebut School at Home. Metode ini menerapkan penjadwalan belajar, susunan materi yang diterapkan secara disiplin, serta banyak melibatkan kertas kerja, buku, dan sebagainya. Metode ini cocok untuk anak yang sudah dewasa atau anak yang sedang ingin melakukan proyek tertentu dan harus melakukan berbagai persiapan. Bila orang tua menerapkannya untuk anak-anak di bawah usia 8 tahun biasanya lebih banyak kecewa di kedua pihak. Anak merasa bosan karena harus duduk dan mengerjakan begitu banyak soal, sedangkan orang tua kecewa karena banyak target dan jadwal yang sudah disusun tidak tercapai.Keunggulan metode ini adalah baik untuk memnuhi standar kurikulum nasional, bagi orang tua yang menginginkannya, serta bagi pesekolah rumah yang baru akan menjalankan HE. Orang tua yang lebih lama menerapkan HE biasanya meninggalkan metode ini.
3. Metode Unschooling
Metode ini basisnya adalah kemerdekaan dalam belajar. Dalam metode ini, orang tua layaknya hanya sebagai pendamping belajar bagi anak-anak. 'Belajar' nya anak-anak adalah keseharian mereka.Mulai dari bangun tidur sampai naik ke tempat tidur lagi. Tak ada target, ujian, jadwal ketat, dan lainnya. Bisa dibilang metode ini berkebalikan dari metode terstruktur. Anak-anak bisa belajar banyak materi dalam satu kali kegiatan. Misalnya si anak setelah sarapan ingin keluar rumah bermain sepeda. Orang tua menemaninya sambil mengarahkan anak-anak untuk mengambil manfaat ilmu dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dibaui, dan pada saat yang bersamaan mereka mempelajari ilmu sosial, IPA, etika, matematika, dan sebagainya.
4.Unit Studi
Dalam metode ini semua mata pelajaran menjadi satu tema. Misalnya Anda sekeluarga ingin berkebun, maka anak-anak dari yang usianya 2 tahun, 4 tahun, dan 7 tahun ikut serta. Si kakak mengenal nama-nama tumbuhan, ada yang berasal dari benih, biji, tunas, ada yang berkayu keras, ada yang tidak. Si 4 tahun belajar bahasa inggris dan berhitung jumlah benih yang harus ditanam dalam satu lubang, dan si 2 tahun mengasah ujung-ujung syarafnya dengan bermain tanah, jadilah semua anak mendapat kesempatan. Metode ini cocok untuk pesekolah rumah dengan banyak anak. Tetapi jika si sulung sudah lebih besar ada kalanya ia ingin sendiri, maka Anda bisa meberikannya ruang untuknya sementara Anda menangani 2 anak lainnya.
5. Metode Charlotte Mason
Dalam metode ini , anak biasanya membaca sebuah living book lalu menceritakannya kembali dengan bahsa mereka sendiri. Selain membaca living books, metode ini juga menekankan pada pengamatan alamiah, mengamati hal-hal yang ada di sekitar anak. Living books adalah buku-buku cerita yang memiliki muatan moril sehingga menggugah nurani si anak dan menjadi nilai dalam dirinya. Beberapa contoh living books biasanya kebanyakan dari luar negeri dan berisi cerita fiksi/rekaan. Tetapi untuk rumah tangga bermanhaj salaf pastinya memiliki biografi Rasululloh, Sahabat, Ulama-ulama yang soleh, para Nabi dan Rasul, dan tentunya kisah-kisah Al Quran.
Inilah beberapa contoh materi yang bisa diadaptasi, dikembangkan, dan desesuaikan dengan keadaan masing-masing keluarga pesekolah rumah. Tak ada satu metode yang harus diterapkan secara kaku, bahkan lebih banyak keluarga pesekolah rumah yang menggabungkan beberapa metode yang disebut metode ekletik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar