Mengasah kecakapan emosi anak bisa dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Membiasakan anak menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang lain atau situasi. Misalnya seorang anak telah lama menunggu dan dia terlihat mulai tidak nyaman, maka latihlah dia menentukan perasaannya bahwa dia tidak sabar (sebagai pengganti kata 'menyebalkan' atau ungkapan kekesalan lainnya)
2. Membiasakan anak menggunakan 'rasa' ketika akan mengambil keputusan. Saat dia bingung antara ikut teman-temannya bermain di lapangan atau menemani si adik di rumah, latihlah untuk membayangkan;'seperti apa rasanya bila ikut, dan seperti apa rasanya bila tidak ikut'.
3. Mengajarkan anak menggambarkan kekhawatirannya. Saat dia melihat sebuah buku, misalnya, dan raut wajahnya berubah, tanyakan perasaannya dan mengapa ia merasa demikian.
4. Mengajak anak menyatakan kebutuhan emosinya. Saat menelpon nenek yang berada jauh darinya, pancinglah ia mengungkapkan perasaannya, misalnya 'kangen' atau saat dia merasa gundah, ajaklah dia mengungkapkan perasaannya, apakah dia sedang bosan, mengantuk, atau yang lainnya dan cara mengatasi perasaan tersebut.
5. Mengajak anak menghormati perasaan orang lain. Saat ada anak yang hanya ingin sendirian saja saat diajak bermain bersama, ajak anak untuk menghormati keputusan temannya itu.
6. Mengajak anak merasakan energinya, bukan kemarahan. Bila anak marah, ajak dia untuk bersemangat mencari pemecahan masalahnya. Saat melihat anak sedih karena tidak diajak bermain teman-temannya, ajak dia segera mencari solusinya dan alternatif lain yang bisa mengatasi perasaannya, misalnya membuat kerajinan, dan sebagainya.
7. Mengajak anak menunjukkan empati. Saat melihat temannya sedih karena ibunya baru saja berangkat ke kantor, latihlah anak untuk menunjukkan empatinya, misalnya mendatangi temannya itu lalu berkata 'kalau ibuku pergi, aku juga sedih'.
8. Mengajak anak tidak menggurui, memerintah, dan mengkritik. Misalnya saat sedang marah kepada anak, maka hindarilah kata-kata 'seharusnya kamu.....' atau 'masa' gitu aja nggak bisa....' dan sejenisnya.
9. Mengajak anak tidak menuntuk orang lain membuat dia merasa puas atau senang. Mengajak anak bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri. Misalnya saat ada anak yang tidak mau bergantian meminjamkan ayunan, katakan kepada sianak, 'temanmu masih ingin bermain, dan tidak semua orang harus mengalah kepadamu'., kekesalannya harus ia pecahkan, mencari solusinya, misalnya mencari kegiatan lain atau bermain di rumah.
10. Mengajak anak mengelola perasaan dengan baik. Misalnya saat ia ikut Anda arisan lalu di sana dia merasa bosan, ajak dia menggali perasaan bosannya, apa penyebabnya dan bagaimana cara agar dia tidak bosan dengan tidak meninggalkan tempat tersebut.
11. Mengajak anak mementingkan hubungan dengan orang lain. Yaitu, membawa kebahagiaan dalam berhubungan (menjadi anak yang menyayangi semua orang), menunjukkan kerelaan, menunjukkan respek terhadap perasaan sesama (saat melihat temannya bangga menunjukkan mainan barunya, latih anak untk mengucapkan'kamu senang dengan mainanmu itu ya, memang bagus ya,'), menghindari orang yang defensif, negatif, dan tidak mempunyai rasa aman (saat ia tidak diperbolehkan bergabung dengan kelompok anak tertentu, ajak dia untuk mengucapkan 'ya sudah, tidak apa-apa'.
12. Mengajaka anak berani memilih dan mendengarkan perasaannya, anak boleh lebih menyukai dan bersimpati kepada orang tertentu. Saat anda mengajaknya ke rumah seorang teman Anda sedangkan dia mmeiliki rencana lain, biarkan dia mengatakan 'Aku lebih suka bermain dengan si A saat ini, karena aku sudah janji kemarin'.
13. Mengajak anak berani menentukan siapa yang menyukai dan peduli kepadanya, kemudian mendekatinya. Saat Anda bertanya mengapa anak Anda tidak mau bermain dengan temannya B, biarkan dia mengungkapkan 'Aku lebih suka C, karena dia baik sama aku'.
Kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan : daya pikir, daya serap, dan emosinya.
1. Membiasakan anak menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang lain atau situasi. Misalnya seorang anak telah lama menunggu dan dia terlihat mulai tidak nyaman, maka latihlah dia menentukan perasaannya bahwa dia tidak sabar (sebagai pengganti kata 'menyebalkan' atau ungkapan kekesalan lainnya)
2. Membiasakan anak menggunakan 'rasa' ketika akan mengambil keputusan. Saat dia bingung antara ikut teman-temannya bermain di lapangan atau menemani si adik di rumah, latihlah untuk membayangkan;'seperti apa rasanya bila ikut, dan seperti apa rasanya bila tidak ikut'.
3. Mengajarkan anak menggambarkan kekhawatirannya. Saat dia melihat sebuah buku, misalnya, dan raut wajahnya berubah, tanyakan perasaannya dan mengapa ia merasa demikian.
4. Mengajak anak menyatakan kebutuhan emosinya. Saat menelpon nenek yang berada jauh darinya, pancinglah ia mengungkapkan perasaannya, misalnya 'kangen' atau saat dia merasa gundah, ajaklah dia mengungkapkan perasaannya, apakah dia sedang bosan, mengantuk, atau yang lainnya dan cara mengatasi perasaan tersebut.
5. Mengajak anak menghormati perasaan orang lain. Saat ada anak yang hanya ingin sendirian saja saat diajak bermain bersama, ajak anak untuk menghormati keputusan temannya itu.
6. Mengajak anak merasakan energinya, bukan kemarahan. Bila anak marah, ajak dia untuk bersemangat mencari pemecahan masalahnya. Saat melihat anak sedih karena tidak diajak bermain teman-temannya, ajak dia segera mencari solusinya dan alternatif lain yang bisa mengatasi perasaannya, misalnya membuat kerajinan, dan sebagainya.
7. Mengajak anak menunjukkan empati. Saat melihat temannya sedih karena ibunya baru saja berangkat ke kantor, latihlah anak untuk menunjukkan empatinya, misalnya mendatangi temannya itu lalu berkata 'kalau ibuku pergi, aku juga sedih'.
8. Mengajak anak tidak menggurui, memerintah, dan mengkritik. Misalnya saat sedang marah kepada anak, maka hindarilah kata-kata 'seharusnya kamu.....' atau 'masa' gitu aja nggak bisa....' dan sejenisnya.
9. Mengajak anak tidak menuntuk orang lain membuat dia merasa puas atau senang. Mengajak anak bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri. Misalnya saat ada anak yang tidak mau bergantian meminjamkan ayunan, katakan kepada sianak, 'temanmu masih ingin bermain, dan tidak semua orang harus mengalah kepadamu'., kekesalannya harus ia pecahkan, mencari solusinya, misalnya mencari kegiatan lain atau bermain di rumah.
10. Mengajak anak mengelola perasaan dengan baik. Misalnya saat ia ikut Anda arisan lalu di sana dia merasa bosan, ajak dia menggali perasaan bosannya, apa penyebabnya dan bagaimana cara agar dia tidak bosan dengan tidak meninggalkan tempat tersebut.
11. Mengajak anak mementingkan hubungan dengan orang lain. Yaitu, membawa kebahagiaan dalam berhubungan (menjadi anak yang menyayangi semua orang), menunjukkan kerelaan, menunjukkan respek terhadap perasaan sesama (saat melihat temannya bangga menunjukkan mainan barunya, latih anak untk mengucapkan'kamu senang dengan mainanmu itu ya, memang bagus ya,'), menghindari orang yang defensif, negatif, dan tidak mempunyai rasa aman (saat ia tidak diperbolehkan bergabung dengan kelompok anak tertentu, ajak dia untuk mengucapkan 'ya sudah, tidak apa-apa'.
12. Mengajaka anak berani memilih dan mendengarkan perasaannya, anak boleh lebih menyukai dan bersimpati kepada orang tertentu. Saat anda mengajaknya ke rumah seorang teman Anda sedangkan dia mmeiliki rencana lain, biarkan dia mengatakan 'Aku lebih suka bermain dengan si A saat ini, karena aku sudah janji kemarin'.
13. Mengajak anak berani menentukan siapa yang menyukai dan peduli kepadanya, kemudian mendekatinya. Saat Anda bertanya mengapa anak Anda tidak mau bermain dengan temannya B, biarkan dia mengungkapkan 'Aku lebih suka C, karena dia baik sama aku'.
Kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan : daya pikir, daya serap, dan emosinya.