Dalam menjalankan Home Education/home schooling, rasanya saya dituntut untuk selalu menemukan formula baru. Formula dalam merangsang minat anak-anak, resep agar semua pekerjaan selesai tanpa meninggalkan perhatian untuk anak-anak, cara mendapatkan sumber belajar yang murah dan baik, serta berbagai hal lain yang mendukung HE kami. Saya menyadari semua itu akan dapat terlaksana bila saya, sebagai eksekutor HE, memiliki kreativitas. Apa saja kreativitas yang harus dimiliki? Beberapa yang saya temukan adalah sebagai berikut:
1. Kreatif dalam mengarahkan keseharian anak-anak menjadi kegiatan bermain sekaligus belajar. Saya merasa saya harus jeli setiap kali melihat hal-hal yang dilakukan anak-anak, terutama anak-anak yang masih kecil. Saat saya melihat kasur saya berubah posisi dan tampak sedikit 'berantakan', saya bertanya kepada si 4 tahun. Ternyata, dia bercerita bahwa dia sedang merapikan kasur dan menatanya, sehingga ia meletakkan beberapa barang seperti boneka, buku, dan semacamnya di atas kasur. maka saya harus jeli menangkap bahwa di 4 tahun ini sedang berusaha mendapatkan pengakuan bahwa dia sudah bisa membantu ibu, mengembangkan kemandirian. Saya sadar, sedikit saja saya salah menanggapi dan berkata, remuk redamlah hati anak ini. Lalu, keluarlah rincian-rincian pujian dari bibir saya sambil benar-benar memperhatikan tempat tidur itu. Maasyaa Allooh, dia jadi terlihat semakin percaya diri dan ingin mencoba lagi. Saat itulah, saya berperan sebagai 'guru' dalam hal penatalaksanaan rumah tangga tanpa mengubah hasil si anak yang sudah dibuatnya.
Bagi keluarga HE, kesempatan belajar dalam setiap kegiatan anak-anak sangat penting, karena di situlah bersatu antara praktek, kebutuhan, dan juga teori.
2. Kreatif mengatur waktu. Menetapkan prioritas harian adalah hal yang biasa saya lakukan. Saat malam sebelum tidur, biasanya saya membuat 'target' untuk besok hari. Biasanya target ini berkaitan dengan kegiatan berjualan saya, agar tidak banyak mengganggu waktu anak-anak. Karena berkomitmen menjalankan HE, terkadang saya harus menunda waktu untuk melakukan kegiatan rumah di saat anak-anak tiba-tiba membutuhkan saya. Suatu hari anak-anak berteriak dari arah luar mereka menemukan anak kucing mati, lalu bercerita bagaimana kondisinya. Saya pun ikut keluar dan memancing anak-anak hal yang seharusnya kita lakukan. Beberapa kali saya juga pernah harus mematikan kompor sejenak karena ada anak yang bertanya sesuatu.
3.Kreatif mencari sumber dan kegiatan belajar yang murah, baik, seru, dan unik. Sumber paling mudah adalah internet. Kita bisa menemukan berbagai macam tutorial yang disediakan gratis. ada juga beberapa situs belajar bahasa inggris/matematika yang sangat murah bila berlangganan kolektif. Saya biasanya mengajak patungan keluarga HE lain untuk keperluan ini.
Mencari ide membuat keterampilan juga mudah. Apalagi bila bahan-bahannya adalah sampah daur ulang yang bisa didapat di rumah sendiri, menghemat biaya dan mengurangi sampah. Yang tak kalah pentingnya adalah ibu harus aktif dan keatif mencari sumber-sumber ini. Temukanlah teknik belajar yang asyik, yang cocok dengan anak-anak.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah berburu buku bekas yang masih bagus, pergi ke perpustakaan, membuat worksheet di komputer/tulisan tangan,dan sebagainya. Salah satu kunci agar mendapatkan ide kegiatan serta sumber belajar yang murah adalah si ibu harus punya kemauan belajar dan mencoba berbagai hal.
4. Kreatif mengolah emosi anak-anak menjadi kekuatannya. Saat ada anak yang tantrum, dan dia melempar beberapa barang, sebenarnya dia hanya ingin didengar. Tanyakan saja apa yang terjadi. Anak ke dua saya beberapa kali melakukan hal demikian. Karena sudah sering melihatnya, biasanya penyebabnya tak jauh dari lapar, iri, mengantuk, atau ingin sesuatu. Setelah disediakan kesempatan bercerita, biasanya sedikit-sedikit dia mulai tersenyum.
Saat ada anak yang sedih karena suatu hal, ubahlah kesedihan itu menjadi kekuatan. Anak ke tiga pernah sangat sedih, karena kemampuan bicaranya yang belum jelas, saya mencoba memancing sumber-sumber kesedihannya. Sambil memangku dan memeluknya, dia berbicara dengan bahasa sebisanya. ternyata dia hanya ingin didengar, setelah itu dia baik kembali. (anak kedua dan ke tiga saya memang cenderung mudah memaafkan dan melupakan emosinya yang meledak).
5. Kreatif menjadikan ruangan di rumah sebagai tempat yang asyik untuk belajar. Tak ada salahnya memiliki satu rak khusus yang mudah dijangkau anak-anak dan berisi kertas, gunting, lem, karton, cat air, dan sebagainya Saya memiliki anggaran rutin untuk berbelanja bahan-bahan tersebut. Pastikan letaknya aman dan alat-alat tersebut juga aman.
Perlu juga menyediakan rak buku yang menarik dan mudah dijangkau anak-anak. Anak-anak sebisa mungkin mengembalikan buku-buku tersebut. Kalaupun mereka tidak bisa, saya hanya mengatakan bahwa sebaiknya buku-buku itu ditumpuk di pojok ruangan.
6.Terakhir, relakan rumah kita menjadi ruang eksplorasi anak-anak. Sampah kertas yang berserakan, alat rumah tangga yang berpindah tempat, beberapa mainan yang dibongkar, dan sebagainya merupakan sebagian kecil pengorbanan, anggap saja.
Masih banyak kreativitas lain yang perlu diasah terus. Mengelola keuangan, mengelola waktu luang, menyediakan waktu untuk berjalan-jalan, dan sebagainya.
1. Kreatif dalam mengarahkan keseharian anak-anak menjadi kegiatan bermain sekaligus belajar. Saya merasa saya harus jeli setiap kali melihat hal-hal yang dilakukan anak-anak, terutama anak-anak yang masih kecil. Saat saya melihat kasur saya berubah posisi dan tampak sedikit 'berantakan', saya bertanya kepada si 4 tahun. Ternyata, dia bercerita bahwa dia sedang merapikan kasur dan menatanya, sehingga ia meletakkan beberapa barang seperti boneka, buku, dan semacamnya di atas kasur. maka saya harus jeli menangkap bahwa di 4 tahun ini sedang berusaha mendapatkan pengakuan bahwa dia sudah bisa membantu ibu, mengembangkan kemandirian. Saya sadar, sedikit saja saya salah menanggapi dan berkata, remuk redamlah hati anak ini. Lalu, keluarlah rincian-rincian pujian dari bibir saya sambil benar-benar memperhatikan tempat tidur itu. Maasyaa Allooh, dia jadi terlihat semakin percaya diri dan ingin mencoba lagi. Saat itulah, saya berperan sebagai 'guru' dalam hal penatalaksanaan rumah tangga tanpa mengubah hasil si anak yang sudah dibuatnya.
Bagi keluarga HE, kesempatan belajar dalam setiap kegiatan anak-anak sangat penting, karena di situlah bersatu antara praktek, kebutuhan, dan juga teori.
2. Kreatif mengatur waktu. Menetapkan prioritas harian adalah hal yang biasa saya lakukan. Saat malam sebelum tidur, biasanya saya membuat 'target' untuk besok hari. Biasanya target ini berkaitan dengan kegiatan berjualan saya, agar tidak banyak mengganggu waktu anak-anak. Karena berkomitmen menjalankan HE, terkadang saya harus menunda waktu untuk melakukan kegiatan rumah di saat anak-anak tiba-tiba membutuhkan saya. Suatu hari anak-anak berteriak dari arah luar mereka menemukan anak kucing mati, lalu bercerita bagaimana kondisinya. Saya pun ikut keluar dan memancing anak-anak hal yang seharusnya kita lakukan. Beberapa kali saya juga pernah harus mematikan kompor sejenak karena ada anak yang bertanya sesuatu.
3.Kreatif mencari sumber dan kegiatan belajar yang murah, baik, seru, dan unik. Sumber paling mudah adalah internet. Kita bisa menemukan berbagai macam tutorial yang disediakan gratis. ada juga beberapa situs belajar bahasa inggris/matematika yang sangat murah bila berlangganan kolektif. Saya biasanya mengajak patungan keluarga HE lain untuk keperluan ini.
Mencari ide membuat keterampilan juga mudah. Apalagi bila bahan-bahannya adalah sampah daur ulang yang bisa didapat di rumah sendiri, menghemat biaya dan mengurangi sampah. Yang tak kalah pentingnya adalah ibu harus aktif dan keatif mencari sumber-sumber ini. Temukanlah teknik belajar yang asyik, yang cocok dengan anak-anak.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah berburu buku bekas yang masih bagus, pergi ke perpustakaan, membuat worksheet di komputer/tulisan tangan,dan sebagainya. Salah satu kunci agar mendapatkan ide kegiatan serta sumber belajar yang murah adalah si ibu harus punya kemauan belajar dan mencoba berbagai hal.
4. Kreatif mengolah emosi anak-anak menjadi kekuatannya. Saat ada anak yang tantrum, dan dia melempar beberapa barang, sebenarnya dia hanya ingin didengar. Tanyakan saja apa yang terjadi. Anak ke dua saya beberapa kali melakukan hal demikian. Karena sudah sering melihatnya, biasanya penyebabnya tak jauh dari lapar, iri, mengantuk, atau ingin sesuatu. Setelah disediakan kesempatan bercerita, biasanya sedikit-sedikit dia mulai tersenyum.
Saat ada anak yang sedih karena suatu hal, ubahlah kesedihan itu menjadi kekuatan. Anak ke tiga pernah sangat sedih, karena kemampuan bicaranya yang belum jelas, saya mencoba memancing sumber-sumber kesedihannya. Sambil memangku dan memeluknya, dia berbicara dengan bahasa sebisanya. ternyata dia hanya ingin didengar, setelah itu dia baik kembali. (anak kedua dan ke tiga saya memang cenderung mudah memaafkan dan melupakan emosinya yang meledak).
5. Kreatif menjadikan ruangan di rumah sebagai tempat yang asyik untuk belajar. Tak ada salahnya memiliki satu rak khusus yang mudah dijangkau anak-anak dan berisi kertas, gunting, lem, karton, cat air, dan sebagainya Saya memiliki anggaran rutin untuk berbelanja bahan-bahan tersebut. Pastikan letaknya aman dan alat-alat tersebut juga aman.
Perlu juga menyediakan rak buku yang menarik dan mudah dijangkau anak-anak. Anak-anak sebisa mungkin mengembalikan buku-buku tersebut. Kalaupun mereka tidak bisa, saya hanya mengatakan bahwa sebaiknya buku-buku itu ditumpuk di pojok ruangan.
6.Terakhir, relakan rumah kita menjadi ruang eksplorasi anak-anak. Sampah kertas yang berserakan, alat rumah tangga yang berpindah tempat, beberapa mainan yang dibongkar, dan sebagainya merupakan sebagian kecil pengorbanan, anggap saja.
Masih banyak kreativitas lain yang perlu diasah terus. Mengelola keuangan, mengelola waktu luang, menyediakan waktu untuk berjalan-jalan, dan sebagainya.
ready to practise to our famz :)) nice idea
BalasHapusgogogo...mbaaa
BalasHapus