Pekan ini kami mengadakan ujian tertulis. Kami melakukan ini sebagai bahan evaluasi. Apabila ada materi yang belum dipahami, kami akan mengulangnya. Selain itu, ujian ini juga salah satu cara kami memenuhi prasyarat mengikuti ujian Paket A (yang meminta syarat rapot).
Ada berbagai macam cara orang tua mengevaluasi belajar anak-anak mereka. Ujian tertulis hanya salah satunya saja. Tingkah laku mereka sehari-hari juga merupakan sarana evaluasi. Sebagai pendamping belajar, tentu saya paling berkepentingan atas hasil evaluasi ini. Walaupun sudah menyelesaikan sampai bab terakhir, apabila hasil ujian tertulis atau tingkah laku mereka kurang baik, kami akan kembali membahas materi tersebut.
Bagaimana
rapotnya? Kami buat sendiri sebagaimana rapot anak-anak sekolah. Ada
materi dan kolom nilai. Kedengarannya seperti repot, tetapi begitulah
peraturan pemerintah meminta para pelaku sekokah rumah. Selain ada
materi umum, kami juga memasukkan materi agama dalam penilaian rapot.
Berbeda dari evaluasi materi umum, materi agama lebih banyak dievaluasi dari pengamatan dan ujian lisan serta praktek. Saya akan melihat cara mereka berwudhu, sholat, menegakkan adab-adab. Bila masih ada salah, akan diperbaiki sampai betul semuanya. Evaluasi inu juga terus berlanjut walau tidak ada masa ujian. Tentang besaran nilai yang saya berikan, tentu saya memiliki standar sendiri. Subyektif kah ? Iya, apakah ada penilaian manusia yang objektif? Pasti ada unsur subyektifnya. Kadarnya saja yang berbeda.
Anak-anak ujian dengan santai, tanpa beban, karena saya katakan ujian ini bertujuan agar kita bisa mengetahui pemahaman kita. Mereka akan mengisi jawaban bila tahu, dan akan mengosongkannya bila tidak tahu.
23 Mei 2016
Berbeda dari evaluasi materi umum, materi agama lebih banyak dievaluasi dari pengamatan dan ujian lisan serta praktek. Saya akan melihat cara mereka berwudhu, sholat, menegakkan adab-adab. Bila masih ada salah, akan diperbaiki sampai betul semuanya. Evaluasi inu juga terus berlanjut walau tidak ada masa ujian. Tentang besaran nilai yang saya berikan, tentu saya memiliki standar sendiri. Subyektif kah ? Iya, apakah ada penilaian manusia yang objektif? Pasti ada unsur subyektifnya. Kadarnya saja yang berbeda.
Anak-anak ujian dengan santai, tanpa beban, karena saya katakan ujian ini bertujuan agar kita bisa mengetahui pemahaman kita. Mereka akan mengisi jawaban bila tahu, dan akan mengosongkannya bila tidak tahu.
23 Mei 2016
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmbak... mau tanya.. Saya baca ini "...tetapi begitulah peraturan pemerintah meminta para pelaku sekokah rumah."
BalasHapusMaksudnya pelaku homeschooling diminta membuat raport juga dan apakah itu didaftarkan juga serta dibuatkan no induk siswa anaknya? Ini seperti memindahkan sekolah ke rumah aja.
sayangnya, begitulah mba kalau mau mendaftar ke PKBM menurut pengalaman beberapa orang teman. KAlau kami, akhirnya memilih sekolah payung. Alhamdulillaah dapat sekolah yang mengerti HS, tetapi tetap juga meminta rapot.
Hapus