Sebulan menjelang tujuh tahun. Setelah melalui berbagai petualangan. Menghadapi anak ke tiga ini saya agak kesulitan. Dia baru berbicara di
usia tiga tahun. Mengenal huruf di usia enam, dan mengerti logika bahasa
di usia enam tahun lebih.
Awalnya saya cukup kaget dan tertekan karena anak ini tampak sulit memahami logika berbahasa. Ia kesulitan memahami bahwa setiap huruf memiliki bunyi dan setiap bunyi dari huruf-huruf tersebut bisa mengjasilkan bunyi baru. Saya ajarkan membaca dengan sistem pengenalan suku kata, sebagaimana 2 kakaknya. Cara yang bagi kedua kakaknya sangat mudah dipahami ini bagi dia teramat sulit.
Setelah beberapa kali mencoba metode suku kata, saya perhatikan dia lebih mudah mengenali kata, apalagi jika kata tersebut telah ia ketahui dan digunakan sehari-hari. Akhirnya saya ubah strategi. Saya menuliskan beberapa kata yang ia sudah gunakan sehari-hari di buku tulisnya. Dengan cara ini dia belajar lebih cepat, lebih bersemangat. Ternyata baginya tidak penting tiap huruf memiliki suara. Baginya, kata-kata yang memiliki makna lebih penting.
Setelah beberapa pekan dengan cara baru, saya menemukan seri buku Gafa Baca. Alhamdulillaah, isi buku ini singkat, kata-katanya mudah. Ia membaca dengan semangat. Lebih semangat lagi saat tau dirinya tambah lancar membaca.
Dulu, bagi saya belajar membaca adalah mengenalkan huruf, suku kata, konsonan -an, -ar, nya, ng dan seterusnya. Saat saya berbusa menerapkan cara ini, anak saya berkeringat, tidak semangat, kesulitan, dan saya semakin kesal. Oh! ternyata dia tidak memerlukan teori itu, dia hanya ingin bisa membaca, seperti keinginannya saat memulai belajar membaca dulu.
Awalnya saya cukup kaget dan tertekan karena anak ini tampak sulit memahami logika berbahasa. Ia kesulitan memahami bahwa setiap huruf memiliki bunyi dan setiap bunyi dari huruf-huruf tersebut bisa mengjasilkan bunyi baru. Saya ajarkan membaca dengan sistem pengenalan suku kata, sebagaimana 2 kakaknya. Cara yang bagi kedua kakaknya sangat mudah dipahami ini bagi dia teramat sulit.
Setelah beberapa kali mencoba metode suku kata, saya perhatikan dia lebih mudah mengenali kata, apalagi jika kata tersebut telah ia ketahui dan digunakan sehari-hari. Akhirnya saya ubah strategi. Saya menuliskan beberapa kata yang ia sudah gunakan sehari-hari di buku tulisnya. Dengan cara ini dia belajar lebih cepat, lebih bersemangat. Ternyata baginya tidak penting tiap huruf memiliki suara. Baginya, kata-kata yang memiliki makna lebih penting.
Setelah beberapa pekan dengan cara baru, saya menemukan seri buku Gafa Baca. Alhamdulillaah, isi buku ini singkat, kata-katanya mudah. Ia membaca dengan semangat. Lebih semangat lagi saat tau dirinya tambah lancar membaca.
Dulu, bagi saya belajar membaca adalah mengenalkan huruf, suku kata, konsonan -an, -ar, nya, ng dan seterusnya. Saat saya berbusa menerapkan cara ini, anak saya berkeringat, tidak semangat, kesulitan, dan saya semakin kesal. Oh! ternyata dia tidak memerlukan teori itu, dia hanya ingin bisa membaca, seperti keinginannya saat memulai belajar membaca dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar