"Nanti ceritanya musuhnya datang ya, terus Kumbaya....bla...bla...bla...". Pemandangan seperti ini sudah lazim terlihat. Sebuah penggalan kisah fiksi yang terdengar seperti kejadian nyata. Dua anak laki-laki bersahutan merangkai cerita. Kadang ceritanya lucu, kadang horor, konyol, tergantung mereka.
Sejak bulan puasa ini, kegiatan bermain balok sambil bercerita ini bahkan lebih intensif. Saat sang sepupu menginap di rumah, anak ke tiga ku bertambah semangat berkhayal. Kisah pun dimulai sejak mereka pulang sholat subuh, sampai menjelang tengah hari. Ngga sampai situ, seringkali berlanjut sore dan setelah berbuka puasa. Kami yang mendengar hanya bisa kagum dengan kekuatan bercerita mereka, memang ngga haus ya? Ck....ck....ck.
Anak ke tiga ini memang agak mirip dengan sepupunya dari gaya
belajarnya. Ia lebih senang mendengarkan cerita, berdiskusi, mengamati
sebuah gejala dari berita, dan informasi orang lain. Tak heran dia ini
'nyambung' banget dengan isu-isu kekinian yang gencar diberitakan di
televisi maupun dibicarakan orang-orang.
Tadinya saya sedikit kecewa karena dia lebih sering minta dibacakan buku dibanding membacanya sendiri. Ternyata memang ada anak yang gaya belajarnya demikian, gaya auditori namanya. Anak dengan gaya belajar auditori lebih mudah menangkap pesan dari suara-suara yang didengar. Namun mereka juga mudah terdistraksi dengan suara bila sedang belajar.
Jangan buru-buru memberi label anak Anda 'cerewet' atau 'bawel' dan yang sejenisnya. Ketahuilah, bagi anak-anak dengan gaya belajar auditori, suara-suara yang masuk jauh lebih mudah mereka ingat dan simpan dibandingkan tulisan. Beberapa buku telah saya bacakan kepada anak ke tiga, namun lucunya, anak saya mengingat lebih baik isi buku tersebut dibandingkan saya yang membacanya. Jadi, buat Anda yang memiliki anak doyan berbicara, bercerita, bermain nada saat bicara atau bercerita, dukunglah mereka dengan banyak melakukan diskusi, mendengarkan, berkisah dan sebagainya. Ohiya, jangan lupa siapkan air putih secukupnya!
Tadinya saya sedikit kecewa karena dia lebih sering minta dibacakan buku dibanding membacanya sendiri. Ternyata memang ada anak yang gaya belajarnya demikian, gaya auditori namanya. Anak dengan gaya belajar auditori lebih mudah menangkap pesan dari suara-suara yang didengar. Namun mereka juga mudah terdistraksi dengan suara bila sedang belajar.
Jangan buru-buru memberi label anak Anda 'cerewet' atau 'bawel' dan yang sejenisnya. Ketahuilah, bagi anak-anak dengan gaya belajar auditori, suara-suara yang masuk jauh lebih mudah mereka ingat dan simpan dibandingkan tulisan. Beberapa buku telah saya bacakan kepada anak ke tiga, namun lucunya, anak saya mengingat lebih baik isi buku tersebut dibandingkan saya yang membacanya. Jadi, buat Anda yang memiliki anak doyan berbicara, bercerita, bermain nada saat bicara atau bercerita, dukunglah mereka dengan banyak melakukan diskusi, mendengarkan, berkisah dan sebagainya. Ohiya, jangan lupa siapkan air putih secukupnya!
Mirip seperti anak saya, mau nya juga di bacakan buku, belum mau belajar baca, dan sangat mudah juga terdistraksi dengan suara-suara. Saya jadi menganggap dia suka gagal fokus, boleh sharing mba, gimana mengatasi hal tersebut, supaya anak nya lebih fokus konsentrasi??
BalasHapusMembaca keras (read aloud), mendengarkan audio, dan membacakan cerita.
Hapus