Emak, dalam sebuah keluarga, katanya bagaikan juragan dalam sebuah perniagaan. Emak yang menentukan semua anggota keluarga akan makan jengkol balado, atau gado-gado. Emak yang menentukan letak semua barang, tanaman apa yang ada di halaman, isi kulkas mana saja yang harus dikeluarkan
dan sebagainya. Dalam sudut pandang emak, dirinya bukan juragan. Lihatlah, ia paling akhir menyantap, yang memunguti remah-remah sisa makanan, yang paling repot kalau ada anggota keluarga yang belum makan. Yang sering kehabisan makanan saat semua anggota keluarga menyantap hidangan kesukaan.
Emak juga suka dipandang layaknya seorang satpam. Selalu memastikan semua anggota keluarga aman. Tak hanya anggota keluarga, bahkan emak tau siapa yang takut apa, siapa yang harus bagaimana, dan siapa yang tidak bisa jika diperlakukan seperti apa. Dalam pandangan emak dia bukan satpam. Ia hanya ingin merasa tenang saat memastikan semua anggota keluarga nyaman. Lihatlah, ia yang paling sering memeriksa jendela, pintu, kran air, kompor, listrik, saat semua anggota keluarga sudah rapih akan berjalan-jalan. Ia yang paling tau letak peniti, jarum pentul, sampai gunting kuku dan akte kelahiran.
Emak suka dinilai sadis, menawar belanjaan seenaknya, membayar angkutan umum, tak ada lebihnya. Dalam pandangan beberapa emak, penghematan 3000 rupiah sehari itu artinya ia bisa menabung untuk membeli alat tulis anaknya. Atau simpanan jika sewaktu-waktu sang suami harus ke dokter. Ia tak sadis, bahkan sakit yang dirasanya, tak ia hiraukan, asal sang tercinta sehat sentosa.
Emak penguasa jalanan, katanya. Emak sanggup membelah jalan yang macet dengan melawan arah. Emak bahkan lebih berkuasa dari lampu sen dan lampu merah. Sesungguhnya, dalam pandangan emak, ia sedang berusaha mengantar sang buah hati tiba di sekolah tepat waktu. Di lain waktu, ia khawatir sang anak diculik bila terlalu lama menunggu. Emak sanggup membuatkan bekalmu, ia yang paling pertama menyambutmu saat kau sedih, dan yang paling akhir kau datangi saat kau bahagia.
Emak, oh emak....sekeras apapun karakter seorang emak, ia adalah mahluk paling tak tega, yang lebih mementingkan kebahagiaan orang lain dibanding dirinya. Walau tak semua kelakuan emak bisa dibenarkan, bersikap lembutlah menghadapi mereka. Jagalah perasaannya. Karena kalimatmu yang menyakitkan akan menghujam selamanya. Ungkapanmu yang salah akan terasa lebih pedih dari teriris pisau. Kekesalanmu akan terasa lebih pedas dari cipratan bawang merah, dan sikap kasarmu akan lebih menyakitkan dibandingkan minyak goreng panas yang mengenainya.
Emak selalu punya sudut pandang yang berbeda, yang mungkin tampak aneh bagimu. Emak tak perlu kuliah 6 sks, cukup kata-kata lembut dan pertanyaan "Emak sehat?"
Diambil dari status facebook
17 Oktober 2017
17 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar